BERSIAP MENJEMPUT KEMENANGAN DI PEMILU 2014

Selasa, 05 Februari 2008

Dialog Tokoh di Mukernas Kritik dan Saran Buat PKS

Dialog Mukernas: PKS Perlu Jaga Modal Politik

Denpasar – Mukernas hari kedua Sabtu (2/2) dihangatkan oleh diskusi politik yang melibatkan tiga pembicara dan pengamat nasional. Ketiganya adalah Greg Fealy (pengamat politik Islam asal Australia), M. Qodari (Pengamat politik nasional, direktur Indobarometer), Hersubeno Arif (pengamat media nasional).

Bertempat di Agung Room hotel Inna Grand Bali Beach pukul 11.00 WITA, ketiganya menyampaikan paparan mereka berdasarkan kompetensi masing-masing. Acara dipandu oleh Mustafa Kamal (anggota DPR RI PKS). M. Qodari yang mengawali diskusi menyampaikan sejumlah masukan untuk partai berlambang bulan sabit kembar yang mengapit padi ini.

Masukan-masukan tersebut disertai hasil survey yang dilakukan Indobarometer.“Untuk menang seorang tokoh tidak hanya membutuhkan tingkat popularitas saja, tapi juga tingkat ketersukaan masyarakat. Belum tentu seorang tokoh yang dikenal publik otomatis dipilih, karena belum tentu ia disukai publik,” ujar Qodari.

Ia pun mencontohkan beberapa nama tokoh nasional yang populer tapi kurang disukai publik. Termasuk ia mengatakan bahwa cara PKS menampilkan tokohnya dalam pilkada masih kurang tepat, “Lebih mirip pemilihan ustadz, bukan calon bupati. Masak, pilkada Tangerang calon PKS menggunakan peci, baju koko, dan sorban? Padahal calon lawan menggunakan peci dan jas,” kritik Qodari.
Menurut Direktur Indobarometer ini, mestinya hal demikian disesuaikan dengan konteks daerahnya.Qodari juga menyampaikan citra ekslusif PKS yang sempat kembali muncul perlu dire-orientasi lagi. Itu sebabnya ia mengapresiasi pemilihan Bali sebagai lokasi Mukernas. Karena menghadirkan kesan yang positif buat PKS.Pembicara kedua, Greg Fealy juga menyampaikan sejumlah masukan.

Menurutnya PKS adalah satu-satunya partai islam yang akan eksis dalam perpolitikan Indonesia. “PKS memiliki sistem kaderisasi yang baik. Juga kedisiplinan para kadernya dalam menjalani perintah dari atas,” tukas Fealy dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih.“Tapi PKS perlu melakukan spectrum shift (menggeser spektrum segmen pemilih, red). Untuk memperbesar perolehan suara,” kata Fealy.

“Tantangan kedepan bagi PKS adalah bagaimana PKS mampu menjaga modal politik yang kini telah dimilikinya,” pesannya.Setelah mendapatkan paparan dari perspektif politik, peserta mendapat masukan dari perspektif media yang disampaikan oleh Hersubeno Arif, seorang pengamat media. “Politic is perceiption,” kata Hersu panggilan akrab Hersubeno. “Oleh sebab itu seorang politisi tidak boleh takut kepada media. Politisi yang takut media sama dengan nelayan yang takut ombak,” imbuhnya memberi perumpamaan.

Hersu menekankan pentingnya media bagi partai dan tokoh politik dengan menceritakan kemenangan John F. Kennedy atas Richard Nixon. “Kennedy menang atas Nixon setelah debat terbuka yang disiarkan televisi. Di situlah Kennedy yang lebih muda dan gagah penampilannya sanggup mengalahkan Nixon,” jelas Hersu.Pengamat yang 17 tahun berprofesi sebagai wartawan ini menyayangkan para politisi PKS yang dinilainya jarang berinteraksi dengan media. Ini dibuktikan dengan data hasil penelitian kecil yang dimilikinya. “Coba lihat siapa yang paling sering dikutip media,” sergahnya sembari menampilkan data-data.

Berdasarkan data yang ia miliki, dari 45 aleg PKS di DPR RI, hanya tiga orang yang cukup sering dikutip media. “Itu pun intensitasnya tidak banyak,” kata Hersu memungkasi. (wn)

ARSIP NASKAH