BERSIAP MENJEMPUT KEMENANGAN DI PEMILU 2014

Sabtu, 02 Februari 2008

Ledia Hanifa : Perlu Penguatan Sektor Informal

BALI - Kenaikan harga bahan pokok yang menggila secara perlahan tapi pasti menimbulkan kegoncangan sosial bagi keluarga Indonesia.

"Jika tak disikapi, ini akan mengganggu stabilitas sosial Indonesia. Penguatan Perempuan di sektor informal sangat mendesak untuk dilakukan," demikian dikatakan Hj Ledia Hanifa, S.Si, M.Psi.T, Ketua Bidang Kewanitaan DPP PKS dalam Dialog Terbuka yang dilaksanakan Bidang Kewanitaan DPP PKS di Bali, Kamis (31/1).

Acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan Musyawarah Kerja Nasional, Mukernas 2008 PKS di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali.

Lebih lanjut Ledia Hanifa mengatakan penguatan perempuan di sektor informal itu akan mendorong terciptanya ketahanan keluarga (family resilience) menghadapi gejolak harga yang terjadi saat ini. "Ketahanan keluarga ini pada akhirnya juga memperkuat stabilitas sosial secara keseluruhan," ujar Ledia.

Dalam kondisi seperti ini -sebagaimana pula pada krisis ekonomi tahun 1998 lalu- perempuanlah yang kerap mengambil inisiatif untuk melakukan langkah-langkah taktis demi mengamankan kondisi ekonomi keluarga. "Berhubung segala keterbatasan yang ada-modal, akses terhadap kebijakan, kapasitas, dan peluang- sebagian besar dari para perempuan ini terjun ke sektor informal, yang notabene bergerak dalam kapasitas usaha mikro," papar Ledia.

Hal ini sejalan dengan fakta di lapangan, bahwa usaha mikro biasanya adalah usaha yang berada di level survival. Juga adanya data yang menyatakan bahwa 74,28 persen perempuan bekerja di sektor informal (Depnakertrans).

Salah satu faktor kritis dalam ketahanan keluarga adalah kondisi ekonomi keluarga, dalam hal ini adalah daya beli. Karena itu, penguatan perempuan yang berkiprah di sektor informal memiliki nilai strategis. Tidak hanya sebagai katup pengaman bagi keluarga, namun juga sebagai penentu stabilitas sosial bangsa.

Penguatan yang dibutuhkan berupa dukungan kebijakan -terutama kemudahan akses terhadap skema permodalan, pelatihan, dan pemasaran- juga suasana kondusif dari lingkungan sosialnya untuk berwirausaha.

Untuk merealisasi isu ini, Ledia menginisiasi JARINGAN KELUARGA HEBAT. Suatu jaringan kemitraan dan persaudaraan yang mengajak seluruh elemen bangsa untuk memberikan perhatian khusus terhadap usaha-usaha membangun ketahanan keluarga. Dengan jargon "Ayo Bangkit, Kita Hebat !", Ledia mengimbau agar setiap keluarga merangkul satu keluarga di lingkungan masing-masing, untuk bersama mengatasi keterpurukan. Dimulai dengan solidaritas bagi para perempuan yang bekerja di sektor informal (berusaha sendiri, berusaha sendiri dibantu pekerja tidak tetap, pekerja lepas di pertanian dan nonpertanian, pekerja tidak dibayar), agar mereka lebih kokoh dalam berwirausaha, dengan memutus rantai permodalan yang mencekik dari para rentenir.

Diskusi ini dihadiri oleh 100 orang perempuan dari berbagai elemen, diantaranya tokoh perempuan parpol, Ormas, tokoh budaya, tokoh agama dan pemerintah daerah. Acara yang dibuka secara resmi oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Ir Tifatul Sembiring menghadirkan empat orang pembicara. Selain Ibu Ledia Hanifa, Dra Ida Ayu Mas (anggota DPD Prov Bali), Rasmiyati, SE, MM (Sekretaris Inkopwanjati Malang), dan DR Nursanita Nasution, SE, ME (Anggota DPR RI komisi VI Fraksi PKS).

Acara ini menghasilkan Komitmen Bali untuk Perempuan Indonesia. Salah satu butir dari komitmen ini berbunyi 'Kami Perempuan Indonesia Siap Mendukung dan Bekerjasama Dengan Setiap Elemen Bangsa yang Bercita-Cita Memajukan dan Mensejahterakan Perempuan Indonesia'.

Komitmen yang disepakati oleh para perempuan dari berbeda suku, agama dan kelompok yang diinisiasi oleh PKS menunjukkan bahwa perempuan bisa duduk bersama untuk merumuskan solusi masalah perempuan Indonesia.

sumber ; okezone.com

ARSIP NASKAH