BERSIAP MENJEMPUT KEMENANGAN DI PEMILU 2014

Selasa, 01 Januari 2008

Jabir Soroti Sekolah Kawasan Di Surabaya

SURABAYA - Meskipun berbagai kritik berdatangan, program sekolah kawasan di Surabaya terus dikebut. Awal 2008 nanti, Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya mulai mengelola sumber daya manusia (SDM) dan pembenahan administrasi.

PltKepalaDindikSurabayaRuddy Winarko menuturkan, program sekolah kawasan tidak hanya fokus dalam pembangunan fisik.Sebagai langkah awal, Dindik akanmewajibkan sekolah memiliki standar manajemen yang baik, berupakepemilikanISO9001.

”Pembangunan SDM dan administrasi sekolah jadi prioritas awal kami. Jadi sekolah kawasan tidak hanya fisik dan fisik saja,”ujar Ruddy,kemarin. Untuk mendidik SDM guru, Dindik melibatkan mereka dalam forum ilmiah, seperti workshop, seminar, maupun pelatihan.

Sebelum pembangunan fisik dimulai, Dindik konsentrasi pada penataan internal sekolah,terutama bidang pengajaran. Sejak 2005 lalu, sekolah kawasan diproyeksikan menjadi ikon pendidikan di Surabaya. Karena itu Dindik tidak mau program itu gagal.

“Proses menyelesaikan semua konsep membutuhkan waktu lama. Tahun 2008 saja kami belum menyentuh pembangunan fisik. Kami utamakan dulu SDM guru selama tahun 2008,” ungkap mantan Kepala SMKN 1 Surabaya itu. Menanggapi hal ini, Ketua Komisi D DPRD Surabaya Ahmad Jabir mengatakan, konsep sekolah kawasan yang diterapkan Dindik Surabaya terkesan melompat- lompat.

Hasilnya, banyak program tidak sesuai dengan rencana. Harusnya Dindik fokus pada akreditasi sekolah. Pasalnya, sekolah kawasan nanti difungsikan sebagai sekolah percontohan di Surabaya. Jika sisi kualitas terjamin, sisi pembangunan infrastruktur sekolah juga harus ada.

”Alokasi anggaran sekolah kawasan banyak terserap dalam pembangunan fisik.Tapi sampai sekarang belum juga ada realisasinya,” tegas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini. Ketua IIDewanPendidikan Surabaya Isa Anshori menuturkan, keberadaan sekolah kawasanbisamenjadiancaman bagi sekolah pinggiran.

Pasalnya, jurang pemisah antara sekolah kawasan dengan sekolahpinggiranakanterjadi. ”Lha,guru di sekolah kawasan tidak akan mau berkomunikasi maupun memberikan transformasi bagi guru sekolah pinggiran. Tuntutan guru di sekolah kawasan semakin tinggi, jadi mereka tidak akan mau membagi ilmunya,” tandasnya. (Sindo)

sumber : sindo, 26-12-2007

ARSIP NASKAH