BERSIAP MENJEMPUT KEMENANGAN DI PEMILU 2014

Selasa, 01 Januari 2008

Kiprah P2B PKS Bojonegoro dalam Banjir Bojonegoro (2)

Para Korban Banjir Di Bojonegoro yang Masih Terisolir

Posted at 7:50 am under Bencana Alam

Makan Seadanya, Wabah Mulai Menyebar

Banjir akibat luapan air Bengawan Solo sejak Jumat (28/12) malam lalu menenggelamkan beberapa desa di Kecamatan Kanor. Ribuan warga yang tak sempat menyelamatkan diri dari kepungan banjir hingga kemarin (31/12) masih terisolir.

DIMYATI, Bojonegoro


Ratusan hewan ternak terikat berjejer di sepanjang sisi kanan jalan poros mulai Desa Bakung hingga Desa Somorejo Kecamatan Kanor. Arus lalu lintas cukup padat dari biasanya, puluhan warga hilir mudik mengendarai berbagai kendaraan bermotor.

Desa Simorejo adalah desa terakhir di ujung jalan poros tersebut yang selamat dari luapan air Bengawan Solo. Sehingga, desa itu menjadi jujukkan pertama bagi para pengungsi dari beberapa desa sekitar.

“Rasanya saya masih tidak percaya, bisa keluar dari rumah yang sejak tiga hari lalu diterjang banjir,” ujar Suparti, 40, salah satu korban banjir kemarin.

Suparti adalah satu dari delapan warga Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor yang menjadi rombongan pertama evakuasi tim P2B DPD PKS Bojonegoro. Wartawan koran ini juga mengikuti proses evakuasi pertama kepada warga desa setempat sekitar pukul 12.30 kemarin. Evakuasi tersebut dipimpin humas DPD PKS Joko Erwanto dengan menggunakan sebuah perahu karet.

Suparti menuturkan, dia bersama dua ribu lebih warga desa setempat tidak pernah menyangka jika banjir besar bakal menenggelamkan desa mereka. Meski berdekatan dengan Bengawan Solo, dia mengaku tidak pernah membayangkan, apalagi mengalami bencana banjir seperti saat ini.

Dia menceritakan, sekitar pukul 22.30 Jumat lalu, tiba-tiba datang air dengan volume cukup besar menggenangi rumah mereka. Saat itu, dia bersama anggota keluarganya yang lain sedang tertidur lelap. Ia pun dibangunkan air yang semakin meningginya yang hampir menyentuh dipan tempatnya tidur. “Air yang masuk rumah terlalu deras, sampai-sampai saya hanya tercengang setengah tidak percaya,” katanya.

Karena kejadiannya begitu cepat, ia pun tidak sempat berfikir untuk menyelamatkan seluruh barang-barang berharganya. Bersama suaminya, Sutrisno, ia pun berinisiatif untuk menumpuk dipan dengan meja serta benda-benda lain agar terhindar dari genangan air yang terus meninggi. Tempat itulah yang ia jadikan penyelamatan “terakhir” bersama keluarganya dari kepungan banjir malam itu.

Baru beberapa saat kemudian, ia teringat dengan hewan-hewan ternak peliharaannya yang berada di belakang rumah. “Sekitar 40 ayam dan itik saya hilang terbawa arus air. Untungnya, seekor sapi piliharaan kami berhasil diselamatkan suami saya. Kemudian sapi itu dibawa berenang menuju tempat yang agak tinggi,” ujarnya.

Suparti mengatakan, sepanjang malam itu, ia bersama keluarganya tak lagi dapat memejamkan mata. Yang ada di fikiran mereka, lanjut dia, adalah bagaimmana bisa selamat dari kepungan banjir tersebut.

Dia menambahkan, hingga Sabtu pagi bantuan logistik dan pertolongan yang diharapkan tidak juga datang. Akhirnya ia berusaha mencari beras simpanannya yang sudah terlanjur tenggelam. “Meski sudah terkena air, beras itu tetap saya masak dengan peralatan seadanya. Jika tidak, lalu kami mau makan apa,” kata dia dengan mata berkaca-kaca.

Dia mengaku, awalnya dia dan keluarganya hanya makan nasi putih degan lauk seadanya yang diperoleh dari tetangga. Untungnya, Minggu siang ia bersama beberapa warga lainnya “kejatuhan” mie instan yang didrop menggunakan helikopter.

“Saat tadi (kemarin) saya melihat ada perahu datang, harapan hidup untuk lebih panjang kami muncul kembali,” ujarnya.

Sebab, lanjut dia, selain menipisnya persediaan makanan yang mereka miliki. Wabah akibat banjir juga sudah mulai menyebar di desa setempat. Beberapa balita dan anak-anak desa setempat mulai mengeluhkan badannya panas. Serta sebagian lainnya mengaku gatal-gatal.

Evakuasi yang dilakukan kemarin tidak terbilang gampang. Dari Desa Simorejo tim evakuasi membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan menggunakan perahu karet motor. Selain itu, arus yang cukup deras serta angin yang kencang menambah tingkat kesulitan proses evakuasi. (Sumber : Koran Jawapos, Radar Bojonegoro)

sumber : bojonegoro.info, 1 Januari 2008

ARSIP NASKAH